Archives

gravatar

Peternakan Sapi Potong

Share

Peternakan Sapi Potong

Peternakan Sapi Potong seperti Jenis Sapi Metal, Sapi Limosin, Sapi Jawa, Sapi Brahman, Sapi Bali, dll. Memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam Beternak Sapi Potong. Adapun keterampilan yang harus ditingkatkan dalam peternakan sapi potong adalah sebagai berikut. Antara lain yaitu :
(1) Memilih bibit/bakalan peternakan Sapi Potong yang baik;
(2) Sistem pemeliharaan;
(3) Pemberian pakan yang baik;
(4) Pengawasan terhadap kesehatan ternak serta pengetahuan serta keterampilan yang tidak kalah pentingnya adalah
(5) Pengolahan/penanganan pra dan pasca panen.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berusaha peternakan sapi potong. Sarana dan Prasarana yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan adalah :

A. Lokasi.
Dalam pemilihan lokasi untuk usaha peternakan sapi potong sebaiknya jauh dari pemukiman masyarakat dan memiliki akses ke pasar serta letak dan ketinggian lokasi harus diperhatikan letak dan ketinggiannya terhadap lingkungan sekitar sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

B. Lahan.
Status lahan untuk peternakan sapi potong harus sesuai dengan peruntukannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Penyediaan air dan alat penerangan Air.
Penyediaan air dan alat penerangan Air merupakan kebutuhan utama makhluk hidup, baik manusia maupun ternak untuk itu dalam penggunaan air harus memperhatikan baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia selalu sepanjang tahun. Sediakan juga penerangan listrik yang cukup setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya.

D. Kandang
Pembuatan kandang harus sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan dalam pemeliharaan sapi potong antara lain:
(1) Kandang penggemukan;
(2) Kandang isolasi ternak sakit;
(3) Gudang pakan dan peralatan;
(4) Unit penampungan dan pengolahan lahan.
(5) Konstruksi kandang harus kuat dan nyaman serta memiliki daya tampung dan pertukaran udara harus terjamin, lantai kandang harus kuat dan tidak licin, untuk bangunan gudang pakan harus terjamin kebersihan dan kehygienisan gudang agar pakan tetap sehat dan hygienis.

Tata letak kandang dengan bangunan lain harus memperhatikan:
1. Peternakan harus mempunyai satu pintu keluar masuk yang dilengkapi kolam desinfektan.
2. Letak kandang dan bangunan lain harus diperhatikan guna mempermudah dalam pengerjaan dan kegiatan sehari-hari.
3. Letak kandang isolasi harus di belakang dan agak jauh dari bangunan lainnya.
4. Jarak antar bangunan yang bukan kandang minimal 25 meter.
5. Bangunan untuk pekerja (tempa tinggal) serta hal-hal pekerjaan yang berhubungan dengan administratif harus terpisah dari kandang.

E. Bibit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit adalah sebagai berikut:
1. Bakalan sapi khusus untuk digemukkan dapat berasal dari sapi lokal/impor, serta hasil IB (Inseminasi Buatan).
2. Sapi bibit harus sehat.

F. Pakan
Dalam pemberian pakan dalam peternakan sapi potong harus memperhatikan:
1. Pakan harus baik yang berasal dari hijauan/rumput maupun pakan konsentrat/penguat yangdibuat sendiri atau dari pabrik.
2. Bahan campuran pakan harus diperoleh dari sumber yang telah mendapat izin.
3. Ransum yang digunakan tidak terkontaminasi penyakit, stimulan pertumbuhan, hormon dan bahan kimia.

G. Obat-obatan
1. Obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologik harus menggunakan yang sudah terdaftar.
2. Penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

H. Tenaga Kerja
1. Tenaga kerja harus berbadan sehat.
2. Pekerja harus disediakan perlengkepan keselatan kerja.


Proses Produksi

1. Pemilihan Bibit 
Kriteria bibit sapi bakalan yang harus dipenuhi antara lain:
    a. Bangsa sapi murni atau persilangan
    b Umur 1 – 2 tahun.
    c. Berat badan sapi lokal 100 – 150 kg dan sapi persilangan 250 – 350 kg.

2. Kandang
Kandang yang disediakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Rencanakan terlebih dahulu jumlah kandang yang dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara.
b. Kandang harus kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, siklus udara yang bebas yang dilengkapi tempat pakan dan minum sapi serta bak desinfektan.
c. Sistem kandang dibuat berkoloni/berkelompok dan setiap kelompok berisi 5 – 10 ekor sapi dengan luas ruang 10 – 20 m persegi.
d. Jarak antar kandang dan kandang lain minimal 10 m dan jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi minimal 25 m. Kandang harus selalu mendapatkan sinar matahari pagi yang masuk ke kandang.

3. Pakan
a. Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% dari berat badan dan pakan konsentrat/penguat 0,4% dari berat badan. Pemberian pakan diberikan 2x sehari.
b. Dalam menyusun ransum agar memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.
c. Kebutuhan energi, protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan d. Penanganan Hasil pemeliharaan dan pertumbuhan adalah sebagai berikut: 1. Lama/waktu penggemukan sapi potong berkisar antara 3 – 6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan; minimal 1 bulan terakhir sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa serta penggunaan antibiotik dan obat-obatan diharapkan memperhatikan waktu henti obat.

4. Pemasaran
a Dilarang memperjual belikan daging yang berasal dari sapi potong selama masa pengobatan antibiotik atau hormon untuk konsumsi manusia, kecuali ternak tersebut dipotong sesuai dengan ketentuan obat yang digunakan.
b. Sapi yang sudah siap dipasarkan harus dijaga sedemikian rupa jangan sampai sapi tersebut cedera/cacat. Bobot badan saip jual minimal sapi lokal 250 kg dan persilangan atau impor 350 kg.

5. Pengawasan
a. Sistem Pengawasan Perlu menerapkan sistyem pengawasan secara baik dan periodik dalam proses produksi untuk mengantisipasi dan mengawasi kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainnya.
b. Pencatatan Dalam pencatatan, data-data yang diperlukan adalah:

A. Data usaha sapi potong dengan sistem ranch:

(1) Populasi ternak (Induk, pejantan, anak dara dan jantan muda);
(2) Ternak betina bunting;
(3) Ternak yang lahir (jantan dan betina);
(4) Obat dan vaksin yang digunakan;
(5) Data vaksin;
(6) Data deepping;
(7) Data kematian sapi (anak, muda, induk dan pejantan);
(8) Jumlah Pekerja; (
9) Penjualan ternak.

B. Data usaha penggemukan peternakan sapi potong dengan sistem dikandangkan:

(1) Populasi ternakyang digemukkan perperiode;
(2) Obat dan vaksin yang digunakan;
(3) Feed additive (obat yang dicampurkan dalam pakan) yang digunakan;
(4) Pakan konsentrat yang diberikan perperiode;
(5) Jumlah Pekerja;
(6) Penjualan ternak perperiode.

5. Pelaporan
a. Peternakan sapi potong wajib membuat laporan dan melaporkan setiap enam bulan sekali secara berkala kepada instansi berwenang guna untuk diketahui dan pengawasan.

b. Usaha peternakan sapi potong wajib membuat laporan secara tertulis setiap 6 bulan sekali guna perbaikan dan perubahan berdasarkan laporan yang ada.

Memang tidak mudah dalam usaha peternakan sapi potong. Namun, jika kita ingin sukses dalam mendapatkan kwalitas sapi potong yang terbaik, maka tidak ada salahnya kita mencoba membukan usaha peternakan sapi potong yang baik dengan menerapkan langkah-langkah yang telah kita sebutkan diatas. Semoga informasi mengenai peternakan sapi potong ini sangat bermanfaat bagi peternak sapi potong di Indonesia.

............... Lihat Selengkapnya

gravatar

Analisis Penggemukan Sapi

Share

Penggemukan sapi potong Simmental dan Limousin





Pemilihan calon sapi yang bagus untuk dipelihara dengan tujuan digemukkan,  mulai tentang jenis sapi (ras), bentuk tubuh, umur, berat badan, waktu pemeliharaan sampai panen dan kalkulasi harga jual maupun belinya. Di sini kami hanya ingin berbagi pengalaman saja dan share dengan sesama pelaku usaha peternakan sapi.

1. Jenis Ras dan bentuk tubuh. 
Sejatinya semua jenis ras punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tentang hal ini sudah banyak diulas di pelbagai literatur tentang sapi potong. Hanya kita sebagai Praktisi peternakan seyogyanya perlu memperhatikan nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya dan timing tepat penjualannya. Seperti kita ketahui, untuk ADG (penambahan Berat harian) bolehlah diakui memang sapi jenis limosin dan simmental F1 telah  menjadi primadona yang mana ADGnya mampu mencapai 1,3-2kg/ harinya. Disusul di belakangnya silangan SIMPO dan LIMPO dengan ADG 1-1,7kg/hari. Berlanjut kemudian PO murni, Bali dan seterusnya yang lebih rendah penambahan berat hariannya dan struktur tubuhnya. Namun poin terpenting untuk tidak kita lupakan dari semua itu tentunya adalah Fisiologi dan kriteria performance  sapi itu  sendiri. Tampilan fisik yang ideal mencakup body frame, power depan dan belakang sapi akan mempengaruhi ADG, kemudahan pemeliharaan,dan harga purna jualnya.

2. Umur dan berat badan. 
Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. di sini kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4 buah. Sapi yang sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga cukup bagus. Hanya di usia ini sudah muncul gejala fatt (perlemakan) yang tentunya akan berpengaruh dengan nilai jual dari pelaku pemotongan ternak. Sapi apabila masih di bawah usia ideal penggemukan biasanya lebih lambat proses gemuknya dikarenakan selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit. Tentang variabel berat tubuh, pastinya akan kita lihat dulu dari jenis ras apa sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis limousin dan simmental maupun silangannya dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg, sedang sapi PO murni hanya kisaran 185-275 kg. Nah, dari sini nantinya  kita akan mulai berhitung  tentang teknis penilaian ideal untuk mengukur sistem pemeliharaan dan  transaksi jual beli.

3. Masa pemeliharaan. 
Sesuai pengalaman kami yang baru sedikit ini, kami menyarankan pada mitra peternak kami bahwa sapi yang akan digemukkan agar memakai mekanisme : apabila masa panen jangka pendek (k.l 100 hari) pilihlah jenis limousin, simmental dan silangannya (F1 maupun F2) dengan berat mulai 390-500 kg. Jika proporsional pemeliharaannya, sapi tersebut akan mampu bertambah minimal 100kg saat panennya. Namun kalau yang diinginkan masa panen jangka menegah dan panjang ( k.l 250 hari hingga lebih dari 1 tahun) disarankan agar memilih jenis F1 simmental dan limousin yang murni genetiknya dengan berat di bawah 350 kg. Kebanyakan peternak yang berpola seperti ini  biasanya untuk investasi, pemurnian genetik indukannya atau bahkan sebagai hewan kesayangan (klangenan jawa.red). muncul satu pertanyaan yang menggelitik; lebih untung pola yang mana?

4. Perhitungan harga. 
Sapi untuk pemeliharaan jangka menengah (k.l 250 hari) dengan berat di bawah 300 kg rata-rata  masih belum dapat mencapai rendemen karkas lebih dari 49%. Sehingga apabila ingin dijual, pembeli barunya biasanya masih akan meneruskan penggemukannya lagi.Jika kita analisa, sapi F1 umur 5-8 bulan harga pasaran rata-rata per mei 2009 adalah 7,5-10 juta dengan bobot 250-325 kg. Kita ambil tengah-tengahnya saja lalu kita konversikan dengan harga timbang hidup jatuhnya sekitar Rp.31.000;/kg timbang di pasar. Kenapa seperti itu ??? sapi dengan berat 380-525 kg seharga Rp.24.000/kg (sesuai harga loco di farm kami) adalah untuk kriteria jenis BAKALAN. Jadi di spek ini kita sudah mulai dapat mengukur standar perhitungan baik umur sapinya, prosentase rendemen karkasnya (berat daging tulang), capaian bobot maksimal, sampai dengan masa panennya. Beda halnya dengan berat 300kg ke bawah; karena itu masih tergolong jenis BIBIT.Jadi sistem transaksinya mirip seperti di bursa pelelangan yang harganya ditentukan berdasarkan kerelaan penjual dengan kepuasan dan jatuh hati sang pembeli. Maka disitulah kita baru dapatkan harga umum dan rata-rata kepantasan transaksi di pasar ataupun di peternak yag ketemunya ternyata di harga Rp.31.000.Kita tentu belum dapat mengukur standarisasi, berapa nanti capaian berat maksimal dan waktu panennya apalagi berapa rendemen karkasnya.Lain daripada itu, sistem pasar peternakan kita malah sudah tidak ada lagi sertifikasi /surat keterangan bibit saat sapi dijual yang berbeda saat zaman orde baru dulu, ironi memang.sehingga kita pasti akan kesulitan mencari blood link sapi, alamat peternak apalagi cara perawatan dan ransumnya.Kecuali kalau sapi tersebut kita beli langsung di breeder.
Sedikit analogi: apakah anda mampu menaksir berapa ton padi  dalam 1hektar yang akan anda panen saat umur benih baru ditancapkan 15 hari atau sebulan sekalipun? bagaimana dengan resiko hama, kelangkaan pupuk dan pengairannya? apakah anda bisa pastikan akan menuai panennya? ini analogy untuk BIBIT.

Nah sekarang, kesulitankah  anda memprediksi, berapa ton gabah yang akan anda dapatkan saat padi anda telah berbulir siap menguning? ini kiasan untuk BAKALAN, kalaupun panen anda akhirnya kurang maksimal masihlah kita dapatkan gabah meski rendah mutu dan tidak banyak jumlahnya.Taruh kata untuk bibit yang beratnya dibawah 300 kg kalau selama dipelihara sapi tadi mencapai bobot 600kg (adakah jaminan????) maka akan diperoleh pendapatan sbb; 600 kg X Rp.24.000/kg (harga siap potong) : Rp. 14.400.000; – Rp. 9.300.000( harga bakalan) = Rp.5.100.000 selama l.k.250 hari.  Bandingkan dengan pola 100 hari, disini apabila  anda  membeli bakalan,bobotnya rata-rata 430kg komposisi mix F1 dan F2. harga dasarnyapun  masih logis di banding pola jangka panjang. Analisanya sebagai berikut : 430 kg X Rp.24.000 = Rp.10.300.000; Masa pemelihara 100 hari dicapai berat  560 kg (banyak yang menjamin..) dengan ADG 1,3kg X Rp.24.000; akan didapat penghasilan = Rp.13.440.000 – Rp.10.300.000 (modal pembelian) keuntungannya : Rp.3.100.000 selama 100 hari. Maka dalam 1 tahun kita akan dapat panen 3 kali.
Pola pemeliharaan di perusahaan kami dalam 1 tahun (menurut kalender Hijriyah) adalah : pada bulan muharram dilaksanakan pengadaan untuk sapi jenis simmental, limousin dan silangannya yang akan dipanen pada bulan Rabi’ul Akhir. Pengadaan ke II dilaksanakan di bulan Jumadil Awal dan akan dipanen nantinya pada bulan ramadlan. Di bulan Syawal kami lakukan pengadaan sapi jenis PO murni karena bulan Dzulhijjah harga sapi PO selisih Rp.3-4000/kg lebih mahal panenannya. Demikian rotasi ini senantiasa kami tetapkan sebagai acuan kerja.

Segala yang menyangkut istilah seperti tersebut di atas hanyalah sekedar teknis empiris yang pernah kami alami dan bukanlah istilah ilmiah yang jauh dari pengetahuan kami. Semuanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mohon dikoreksi  untuk jadi evaluasi dan introspeksi kami agar ke depan lebih baik lagi dalam beternak.

Semoga bermanfaat.
Sumber : lembusora.com
............... Lihat Selengkapnya

gravatar

Sapi BSM Tirakat Mandiri Terbaru

Share

















............... Lihat Selengkapnya

gravatar

Macam-macam sapi potong

Share

Macam-macam sapi potong


1.BRAHMAN:sapi ini berasal dari india,namun banyak dikembangkan di Amerika,yang masuk ke Indonesia adalah dari Amerika.Bobot jantan maksimum 800kg dan betina 550kg.

 

2.LIMOUSINE:merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang diPerancis,sapi ini merajai di pasar-pasar sapiIndonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan,harganya mahal karena pertumbuhan badanya bisa mencapai 1,1kg per hari.



3.CHAROLAIS:sapi jenis ini juga di kembangkan di negara Perancis,warna bulu perak dan merupakan jenis paling besar di negara tersebut,sapi ini jarang di jumpai di pasar-pasar tradisional.Pertumbuhan badannya perhari bisa mencapai 1,3kg.

 

4.HEREFORD:sapi ini juga merupakan sapi keturunan Eropa yang dikembangkan di Inggris,berat jantan rata-rata 900kg dan betina 725kg.

 

5.SHORTHORN:sapi jenis ini sama dengan hereford dan juga dikembangkan di negara Inggris bobot jantan rata-rata 1100kg dan betina 850kg.

 

6.SIMMENTAL:sapi ini berasal dari lembah Simme negara Switzerland,tapi banyak dikembangkan di Australia dan SelandiaBaru,bobot jantan rata-rata 1100kg dan betina 800kg,sapi jenis ini banyak kita jumpai di pasar-pasar tradisional.

 

7.ABERDEN ANGUS:sapi ini masuk di Indonesia melalui Selandia Baru,tapi awal mulanya berasal dari Skotlandia,bobot jantan rata-rata 900kg dan betina 700kg.

 


8.BRANGUS:sapi ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden Angus.

 

9.SANTA GERTRUDIS:sapi ini adalah hasil persilangan antara pejantan Brahman dan betina shorthorn di kembangkan pertama kali di King Ranch Texas Amerika serikat tahun 1943 dan masuk Indonesia mulai tahun 1973,bobot jantan rata-rata 900kg dan betina 725kg.

 

10.DROUGHMASTER:merupakan persilangan antara betina brahman dan pejantan shorthorn,dikembangkan di Australia dan jarang sekali kita jumpai di Indonesia.




Lihat Juga Jenis dan Macam Sapi DISINI !
Photo Berbagai Sapi bisa dilihat DISINI !
............... Lihat Selengkapnya

gravatar

Mengenal Jenis dan Macam Sapi

Share

Mengenal Jenis Sapi di Dunia


Sapi yang ada di dunia pada saat ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok sapi-sapi tropis dan kelompok sapi-sapi sub topis. Kelompok sapi tropis contohnya sapi Zebu, Bos sondaicus, sapi Bali dan sapi Madura. Sedangkan yang termasuk kelompok sapi sub tropis adalah sapi Aberdeen angus, sapi Hereford, sapi Shorthorn, sapi Charolais, sapi Simmental, sapi Frisien Holland, dan masih banyak lagi jenisnya. Sedangkan berdasarkan tujuan dari pemeliharaan maka bangsa sapi dapat dibedakan beberapa tipe yaitu :

1.1.1. Sapi Tipe Potong
1.1.2. Sapi Tipe Pekerja
1.1.3. Sapi Tipe Perah


Untuk Itu Kita Bahas Satu-Persatu



 

1.1.1. Sapi Tipe Potong 

Sapi tipe potong adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi daging dengan cepat, pembentukan karkas baik dengan komposisi perbandingan protein dan lemak seimbang hingga umur tertentu. Sapi potong pada umumnya mempunyai ciri-ciri :
• Bentuk tubuh yang lurus dan padat
• Dalam dan lebar,
• Badannya berbentuk segi empat dengan semua bagian badan penuh berisi daging.

Sapi-sapi yang termasuk dalam tipe sapi potong diantaranya : Sapi Brahman, Sapi Ongole, Sapi Sumba Ongole (SO), Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Brangus, Sapi Aberden Angus, Sapi Santa Gartudis, Sapi Droughtmaster, Sapi Australian Commercial Cross, Sapi Sahiwal Cross, Sapi Limosin, Sapi Simmental, Sapi Peranakan Ongole.




1.1.1.1. Sapi Brahman

Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah Kankrej (Guzerat), Nelore, Gir,dan Ongole. Sapi Brahman digunakan sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar, tanduk, telinga besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada. Sapi Brahman selama berabad-abad menerima kondisi kekurangan pakan, serangan serangga, parasit, penyakit dan iklim yang ekstrim.

Di India menjadikan sapi Brahman mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi eropa karena memiliki lebih banyak kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Kharakteristik Sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa antara 800 sd 1100 kg, sedang betina 500-700 kg. berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompettif dengan jenis sapi lainnya. Persentase karkas 48,6 s.d 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83-1,5 kg. Sapi Brahman mempunyai sifat pemalu dan cerdas serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka menerima perlakuan halus dan dapat menjadi liar jika menerima perlakuan kasar. Sapi Brahman warnanya bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan warnanya lebih tua dari betina dan memeliki warna gelap didaerah leher, bahu dan paha bawah.

Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka dapat bertahan dari suhu 8-105 F, tanpa ganguan selera makan dan produksi susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi eropa dan dikenal dengan Brahman Cross (BX)

1.1.1.2. Sapi Ongole

Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di kabupaten Guntur, propinsi Andra Pradesh. Sapi ini menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia.

Karakteristik Sapi ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang lebar yang longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek. Kepala bagian depan lebar diantara kedua mata.

Bentuk mata elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam. Telingan agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan agak menjatuh. Tanduknya pendek dan tumpul, tumbuh kedepan dan kebelakang. Pada pangkal tanduk tebal dan tidak ada retakan. Warna yang populer adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.

Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot sapi 600 kg pada sapi jantan dan 300-400 kg untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging tulang 3,23 : 1.

1.1.1.3. Sumba Ongole (SO)
Sapi ongole (Bos indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia. Sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole.

Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal jawa dan kemudian dikenal dengan peranakan ongole (PO). Sapi ongole dan PO baik untuk mengolah lahan karena badan besar, kuat, jinak dan bertemperamen tenang, tahan terhadap panas, dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang minim.

Sapi-sapi ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Pulau Sumba, pada awal abad ke 20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi, yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Ongole, ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan berkembang dengan cepat, di pulau yang panjang musim kemaraunya ini. Sekitar tujuh atau delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan, berikut 496 ekor sapi ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.

Dalam laporan tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (1989) tercatat, pada tahun 1915, Pulau Sumba sudah mengekspor enam ekor bibit sapi ongole pejantan. Empat tahun kemudian, pada 1919, ekspor sapi ongole dari Pulau Sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929, meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki merek dagang, sapi Sumba Ongole (SO).

Perkembangan selanjutnya, Sumba kembali ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi ongole murni di masa pemerintahan Presiden Soeharto, melalui Undang-Undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967. Sapi ongole memang menjadi ciri khas Pulau Sumba, terutama Sumba Timur. Selain sapi, kekhasan lain Sumba Timur adalah padang rerumputan (sabana). Bentangan sabana kering tampak bagaikan lautan menguning. Kemarau panjang mencapai puncaknya di bulan Oktober. Kondisi alam yang menantang ini menjadi rutinitas bagi sebagian penduduk di Pulau Sumba, yang mengandalkan penghidupan mereka sebagai penggembala.

1.1.1.4. Sapi Hereford

Sapi ini turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah, kecuali bagian muka, dada, perut bawah dan ekor berwarna putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagaian sapi bertanduk dan lainnya tidak.

1.1.1.5. Shorthorn

Sapi ini sama dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara Inggris. Bobot sapi jantan 1100 kg dan sapi betina 850 kg. bulunya berbintik merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus. Pertumbuhan ototnya kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi kebanyakan tidak bertanduk.

1.1.1.6. Brangus

Sapi Brangus merupakan persilangan sapi betina Brahman dan pejantan Angus. Ciri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat Brahman yang diwarisi brangus adalah adanya punuk, tahan udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan produktifi tas dagingnya tinggi dan persentase karkasnya tinggi.

1.1.1.7. Aberden Angus

Sapi angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini tidak memiliki tanduk umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi, sebagai penghasil daging dan tidak digunakan untuk menghasilkan susu.

Anak sapi ukurannya kecil sehingga induk tidak banyak mengalami banyak stres pada saat melahirkan pedet. Untuk memperbaiki genetik sapi angus sering di kawin silangkan dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasil persilangan disebut Brangus (Brahman Angus). Contoh gambar sapi Angus jantan tertera pada gambar 11. Di Indonesia sapi angus di perkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru di di beberapa tempat di Jawa Tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak. Sapi tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900 kg, sedangkan betina 700 kg. persentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam daging.


1.1.1.8. Santa Gertrudis

Sapi ini persilangan dari sapi jantan Brahman dengan sapi betina Shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot.jantan rata-rata 900.kg dan bobot betina 725.kg. Badan sapi besar dan padat, Seluruh tubuh dipenuhi bulu pendek dan halus serta berwarna merah kecoklatan, Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal, Kepala lebar, dahi agak berlekuk dan mukanya lurus, Gelambir lebar berada di bawah leher dan perut, Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa sapi Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak.

1.1.1.9. Droughmaster

Merupakan persilangan antara betina Brahman dengan jantan Shorthorn, dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia. Sifat Brahman lebih dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah coklat muda hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing sapi betina terdapat bercak putih. Contoh gambar sapi Droughmaster .

1.1.1.10. Australian Commercial Cross (ACC)

Sapi Australian Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi di Indonesia merupakan hasil persilang- an sapi-sapi di Australia yang tidak diketahui dengan jelas asal usul maupun proporsi darahnya. Dari beberapa informasi yang telah ditelusuri, diketahui bahwa sapi ACC berasal dari peternakan sapi di Australia Utara (Northern Territory).

Sapi ACC tersebut dapat berupa sapi Shorthorn Cross (SX), Brahman Cross maupun sapi hasil persilangan sapi-sapi Australia yang cenderung masih mempunyai darah Brahman (Ngadiyono, 1995). Meskipun demikian pengamatan terhadap sapi-sapi bakalan ACC yang diimpor ke Indonesia menunjukkan bahwa secara fenotipik, karakteristik fi sik sapi ACC lebih mirip sapi Hereford dan Shorthorn yakni tubuh lebih pendek dan padat, kepala besar, telinga kecil dan tidak menggantung, tidak mempunyai punuk dan gelambir, kulit berbulu disekitar kepala, pola warna bervariasi antara warna sapi Hereford dan Shorthorn (Hafi d, 1998).

Menurut Australian Meat and Livestock Corporation (1991), sapi ACC merupakan campuran dari Bos Indicus (sapi Brahman) dan Bos Taurus (Sapi British, Shorthorn dan Hereford), sehingga sapi ini mempunyai karakteristik menguntungkan dari kedua bangsa tersebut, yaitu mudah beradaptasi terhadap lingkungan sub optimal seperti Brahman dan mempunyai pertumbuhan yang cepat seperti sapi British. Hafi d dan Hasnudi (1998) telah membuktikan bahwa sapi bakalan ACC yang kurus jika digemukkan singkat (60 hari) akan sangat menguntungkan sebab sapi ini menghasilkan pertambahan bobot badan harian ±1.61 kg/hari dengan konversi pakan 8.22 dibandingkan jika digemukkan lebih lama (90 atau 120 hari).
Beattie (1990), menyatakan bahwa Northern Territory, Kimberley dan Quensland merupakan tempat pengembang an sapi ACC di Australia yang memiliki sapisapi Eropa antara lain Shorthorn dan Hereford serta sapi India (Zebu) yaitu sapi Brahman. Program ini telah menghasilkan beberapa bangsa hasil persilangan seperti Santa Gertrudis, Braford, Droughmaster dan sapi-sapi persilangan lain yang masih mempunyai darah Brahman.

Sapi Shorthorn berasal dari Inggris dan merupakan tipe daging dengan bobot jantan dan betina dewasa masingmasing mencapai sekitar 1.000 kg dan 750 kg (Pane, 1986). Sifat yang menonjol yaitu temperamen yang baik dan pertumbuhan yang cepat pada pemeliharaan secara feedlot (Blakely dan Bade, 1992).

Sapi Shorthorn dimasukkan ke Australia pada abad ke 19. Kemudian di CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton disilangkan dengan sapi Hereford dan menghasilkan sapi Hereford Shorthorn (HS) dengan proporsi darah 50% Hereford dan 50% Shorthorn (Turner, 1977; Vercoe dan Frisch, 1980).

1.1.1.11. Sapi Brahman Cross

Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak, mampu beradaptasi terhadap makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.

Menurut Turner (1977) sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalah sapi American Brahman, Hereford dan Shorthorn. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara fi sik bentuk fenotif sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan pola warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya.

Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat-sifat seperti: persentase kelahiran 81.2%, (2) rataan bobot lahir 28.4 kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg, (3) angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5.2%, mortalitas sebelum disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1.2% dan mortalitas dewasa sebesar 0.6%, (4) daya tahan terhadap panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah dengan pengeluaran panas yang efektif, (5) ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta (6) efi siensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shorthorn (Turner, 1977).

Menurut Winks et al. (1979), jantan kebiri sapi BX di daerah tropik Quensland secara normal performansnya di bawah bangsa sapi eropa. Pada lingkungan beriklim sedang, steer sapi Hereford lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan sapi BX. Lebih lanjut dijelaskan, pada bobot hidup fi nishing yang sama produksi karkas sapi BX lebih berat dibandingkan sapi Frisian karena memiliki persentase karkas (dressing percentage) yang lebih tinggi. Bobot karkas sapi Shorthorn terletak antara sapi Brahman dan Hereford. Persentase karkas sapi Hereford lebih rendah dibandingkan sapi BX dan lebih tinggi dibandingkan sapi Frisian. Karkas sapi Frisian memiliki persentase tulang lebih tinggi dibanding kan sapi Shorthorn dan BX. kadar lemak bervariasi mulai dari 4.2% sampai 11.2%, terendah pada sapi Frisian dan tertinggi pada Shorthorn.

Di Indonesia, sapi BX diimpor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Hasil pengamatan di ladang ternak Sulawesi Selatan memperlihatkan:
• persentase beranak 40.91%,
• calf crop 42.54%,
• mortalitas pedet 5.93%,
• mortalitas induk 2.92%,
• bobot sapih umur 8-9 bulan 141.5 kg (jantan) dan 138.3 kg (betina),
• pertambahan bobot badan se-belum disapih sebesar 0.38 kg/hari (Hardjosubroto, 1984; Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 1986).

Sebagian besar sapi di Australia merupakan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yang di impor dari Amerika. Persilangan antara kedua bangsa sapi ini dengan sapi Zebu menghasilkan bangsa sapi yang sama dengan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yakni Brangus dan Braford. Persilangan lebih lanjut menghasilkan sapi Droughtmaster yang merupakan hasil persilangan dengan komposisi darah 3/8-5/8 darah Zebu utamanya American Brahman yang di impor dari Texas (Payne, 1970). Sementara sapi Brangus mempunyai komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman (Minish dan Fox, 1979).

1.1.1.13. Sapi Simmental

Sapi simental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pemanfaatan sapi Simental untuk produksi susu, mentega (butter), keju dan daging serta dimanfaatkan untuk hewan penarik beban. Pada awal 1785
parlemen Swiss membatasi ekpor sapi Simental karena mereka kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kemudian sapi disebar pada 6 benua. Jumlah sapi Simental diperkirakan sekitar 60 juta ekor.

Pada tahun 1990 bulu sapi Simental berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih baik. Sapi Simental adalah jenis sapi jinak dan mudah untuk dikelola, dan dikenal.

1.1.1.12. Sapi Limousin

Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1,1.kg. Contoh sapi Limousine tertera pada gambar 15. Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.

dengan pola daging yang ekstrim. Sapi yang asli badannya besar dengan tulang iga dangkal, tetapi akhir-akhir ini ukuran sedang lebih disenangi. Sapi jantan beratnya 1000 sd 1400 kg, sedang betina 600-850 kg. masa produktif sapi betina antara 10-12 tahun.

Sapi Simental dikembangkan Indonesia tahun 1985 melalui semen beku yang dikawinkan dengan sapi PO. Anak sapi yang berumur 2 bulan pertumbuhannya pesat sekali. Sapi berumur 23 bulan dapat mencapai bobot 800 kg dan pada umur 2,5 tahun mencapai 1.100 kg. Di Jawa sapi Simental dikawinkan dengan sapi Friesian Holstein, untuk mendapatkan sapi yang performasinya lebih baik. Perkawinannya dilakukan dengan cara IB, dimana semen yang di pilih sudah diketahui jenis kelaminnya. Anak simental yang dikehendaki adalah yang jantan, karena jika betina produksi susunya dan dagingnya kurang baik.

1.1.1.14. Sapi PO

Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan persilangan antara sapi Ongole dengan sapi-sapi lokal yg ada di Jawa dan Sumatera. Ponok dan gelambir kelihatannya kecil atau tidak ada sama sekali. Warna bulu sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Banyak terdapat di pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.


1.1.2. Sapi Tipe Pekerja

Sapi-sapi yang di masukkan dalam kelompok sapi tipe pekerja pada umumnya mempunyai tubuh yang besar, perototannya kuat, tulangnya kuat dan besar serta tidak ada pelekatan lemak dibawah kulit. Mempunyai kulit kuat dan tahan terhadap berbagai cuaca. Sapi-sapi asli dari Indonesia pada umumnya termasuk dalam kelompok sapi tipe pekerja, sebagai contoh sapi bali, sapi madura dan sapi grati.

1.1.2.1. Sapi Bali

Ditinjau dari sistematika ternak, sapi Bali masuk familia Bovidae, Genus bos dan Sub-Genus Bovine. yang termasuk dalam sub-genus tersebut adalah; Bibos gaurus, Bibos frontalis dan Bibos sondaicus, sedang Williamson dan Payne menyatakan bahwa sapi Bali (Bos-Bibos Banteng) yang spesies liarnya adalah banteng termasuk Famili bovidae, Genus bos dan sub-genus bibos. Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam. Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testis. Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia, yang didomestikasi dari spesies banteng (Bibos Banteng).

Tujuan utama pemeliharaan digunakan sebagai penghasil daging, kerja penarik bajak, dan kultur sosial lainnya. Sampai saat ini telah di distribusikan pada 22 propinsi. Warna sapi jantan adalah merah kecoklatan, dengan warna putih pada sekitas pantat. Sedangkan sapi betina kuning kemerah-merahan sampai coklat dengan warna putih pada sekitas pantan dan paha. Bentuk tanduk pada sapi jantan berbentuk U.

Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa ada tanda-tanda khusus yang harus dipenuhi sebagai sapi Bali murni, yaitu warna putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling edial disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok keatas, kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar.

Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal yang disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi arah kebelakang sedikit melengkung kebawah dan pada ujungnya sedikit mengarah kebawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam.

1.1.2.2. Sapi Madura

Sapi Madura merupakan hasil persilangan sapi Bali (Bibos banteng), sapi Ongole (Bos indicus) dan sapi Jawa (bos javanicus). Warna sapi merah kecoklatan tanpa warna putih di pantat. Keseragaman jenis sapi telah dikembangkan oleh orang madura. Secara umum tubuh kecil dan berkaki pendek. Sapi jantan mempunyai punuk yang berkembang baik dan jelas, sedangkan sapi betina tidak berpunuk. Sumber : Ensiklopedi Wikipedia, 2007.

Pada kepala terdapat tanduk kecil, melengkung ke depan dan melingkar seperti bulan sabit. Bobot sapi jantan 300 kg dan sapi betina 250 kg. berat pedet pada waktu lahir 12-18 kg. umur dewasa kelamin 20-24 bulan. Pertambahan berat badan 0,25-0,6 kg per hari. Persentase karkas 48-63% dan perbandingan daging tulang adalah 5,84 :1. Sapi Madura banyak digunakan untuk lomba pacuan sapi yang dikenal dengan karapan sapi.


1.1.3. Sapi Tipe Perah

Sapi perah adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan memproduksi air susu dalam jumlah yang cukup banyak. Sapi perah pada umumnya mempunyai bentuk tubuh bagian belakang melebar kesegala arah sehingga terdapat kebebasan untuk pertumbuhan ambing atau mempunyai bentuk trapesium. Jenis sapi perah antara lain:

1.1.3.1. Sapi FH

Sapi FH sangat populer sebagai sapi perah. Pertama dibawa dari pulau Fries Land barat Belanda dan sebagian dari Australia serta Selandia baru, Amerika, Kanada, dan Jepang. Warnanya putih dan hitam dan sangat disukai peternak. Sapi FH memiliki performansi yang baik sebagai penghasil daging dan susu. Distribusinya sebagian di dataran tinggi (700 m di atas permukaan laut) dengan temperatur antara 16-23o C, lembab dan basah di pulau Jawa.

Sapi Holsteins dapat dikenali dengan cepat dari warnanya yaitu putih dan hitam/merah serta produksi susunya yang tinggi. Berat pedet yang baru lahir dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan tinggi 58 inchi.

Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan, jika berat badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali melahirkan antara 24-27 bulan. Lama kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan lama produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di Amerika 8.000 liter dengan lemak 330 kg dan protein 275 kg per ekor per tahun. Di Indonesia produksi susu masih rendah, pertahun berkisar 3.000 liter.

1.1.3.2. Sapi Grati

Sapi grati merupakan hasil persilangan sapi FH dengan sapi Jawa-ongole. Sapi Grati dikembangkan di dataran rendah di daerah Grati, Jawa Timur. Populasi sapi Grati sekitar 10.000 ekor.

1.1.3.3. Sapi Jersey

Sapi Jersey berasal dari pulau Jersey di Inggris, digunakan sebagai penghasil susu. Ukuran sapi kecil berkisar 360 sampai 540 kg untuk sapi betina dan 540 sd 820 kg untuk sapi pejantan. Kandungan lemak susu pada susu sapi jersey tinggi. Jenis sapi ini belum ada di Indonesia. Warna sapi bervariasi dari abu-abu terang sampai hitam. Paha, kepala dan bahu sapi warnanya lebih gelap daripada warna tubuhnya. Sumber: Wikipedia, 2007

1.1.3.4. Sapi Sahiwal Cross

Habitat asli sapi Holstein di Holland memang beda dengan kondisi Indonesia. Kondisi disini mencakup: iklim, fauna dan vegetasi sebagai pensuplai nutrisi (pakan). Holstein murni memang kurang nyaman bila dipaksa tinggal dan bermukim di negeri kita. Kalau dipaksa, tentu bisa bertahan hidup, karena Holstein memang punya daya adapatasi yang cukup baik.

Untuk di Indonesia, sapi perah biasanya dipelihara dengan penyediaan pakan yang tidak maksimal. Penyediaan rumput berkualitas rendah tidak cukup untuk mensuplai kebutuhan energi untuk hidup pokok. Setelah kebetuhan hidup pokok terpenuhi maka ternak baru akan menggunakan suplai energinya untuk memproduksi susu. Jadi ada korelasi yang sangat signifi kan antara pakan dan poduksi susu disamping dukungan faktor genetik. Max Dowell, ahli genetik sapi perah dari Cornell menyarankan, sapi perah yang cocok dengan iklim Indonesia dengan mengawinsilangkan sapi FH dengan sapi perah daerah tropis, misalnya sapi sahiwal dari India.

Kapasitas produksi Holstein silangan ini tentu tidak sebagus Holstein aslinya, tapi sapi hybreed ini kampiun dalam mempertahankan diri terhadap sengatan panas dan kelembaban yg tinggi, tahan terhadap serangan serangga dan parasit.
Mikroba rumen yang hidup di dalamnya juga mampu mencerna vegetasi yang khas untuk daerah tropis, yang notabene mengandung serat kasar dan lignin yang tinggi. Ukuran tubuhnya yang lebih ramping, juga lebih pas untuk daerah tropis.
Berat sapi dewasa sekitar 300-400 kg, berat lahir 18-23 kg. Produksi susu pertahun 1.800 kg, dengan lama laktasi 220 hari, dewasa kelamin pada umur 16 bulan.

Sumber: http://kelompokternakpucakmanik.blogspot.com


Untuk Melihat Contoh Photo Berbagai sapi Lihat DISINI
............... Lihat Selengkapnya

gravatar

Jenis dan Nama Sapi

Share

Sapi Aberdeen Angus 2 - BSM
Sapi Aberdeen Angus - BSM
Sapi Australian Commercial Cross - BSM
Sapi Australian - BSM
Sapi Bali1 - BSM
Sapi Bali - BSM
Sapi Bali2 - BSM
Sapi Bali3 Jantan - BSM
Sapi Beef Master - BSM

Sapi Brahman India - BSM


Sapi Brahman - BSM
Sapi Brahman 1 - BSM
Sapi Brahman Cross - BSM
Sapi Brahman Cross 3 - BSM
Sapi Brangus Red - BSM
Sapi Brahman Cross 1 - BSM


Sapi Brangus - BSM






Sapi Brangus1 - BSM
Sapi Brahman Cross 2 - BSM




Sapi Brangus2 - BSM
Sapi Droughmaster Cattle Breed - BSM


Sapi FH Jantan - BSM
Sapi Droughmaster 2 - BSM






Sapi FH Sahiwal  - BSM
Sapi FH Perah - BSM



Sapi Droughmaster 1 - BSM
Sapi Friesian1 - BSM
Sapi Grati - BSM




Sapi Friesian - BSM

Sapi Grati Potong - BSM

Sapi Hereford - BSM

Sapi Hereford Cattle - BSM

Sapi Jersey Betina - BSM

Sapi Jersey 1 - BSM

Sapi Jersey - BSM

Sapi Jersey Betina - BSM

Sapi Jersey Cattle - BSM

Sapi Limousin - BSM

Sapi Limousin 2 - BSM

Sapi Limousin 1 - BSM

Sapi Limousin 3 - BSM

Sapi Madura1 - BSM

Sapi Madura2 - BSM

Sapi Ongole - BSM

Sapi Madura4 - BSM

Sapi Madura3 - BSM

Sapi Ongole1 - BSM

Sapi Ongole2 - BSM

Sapi PO - BSM

Sapi PO Peranakan Ongole - BSM

Sapi PO Ongole - BSM

Sapi PO - BSM

Sapi PO Potong - BSM

Sapi PO1 - BSM

Sapi Sahiwal Cross 2 - BSM
Sapi Sahiwal Cross 1 - BSM


Sapi Sahiwal Cross 3 - BSM

Sapi Santa Gertrudis - BSM

Sapi Santa Gertrudis Bull

Sapi Santa Gertrudis3 - BSM

Sapi Santa Gertrudis2 - BSM

Sapi Santa Gertrudis1 - BSM

Sapi Shorthorn1 - BSM

Sapi Shorthorn2 - BSM

Sapi Simental Jantan - BSM

Sapi Simmental3 - BSM

Sapi Simmental2 - BSM

Sapi Simmental1 - BSM

Sapi Simmental4 - BSM

Sapi Sonok Madura - BSM

Sapi Sumba Ongole (SO) - BSM
............... Lihat Selengkapnya

Join Us

Iklan Populer

SAPI BSM UNGGULAN